Menembus
Kabut Gunung Sumbul, Jalur Favorite Para Offroader Jawa Barat (Day 1)
Video perjalanan bersama TRAVIC Indonesia
Subscribe and like yaaa.....
DAY 1 – Perjalanan Panjang dan Makam Batu Keramat Gunung Kudang
Hari Sabtu dan Minggu lalu (28,29/01/2017), kamu lagi pada ngapain.... ?
Yang
pasti, sekumpulan para pemuda yang gagah berani membulatkan tekad untuk
rame-rame menuju pantai Ranca Buaya, Jawa Barat. Saya mah sebagai satu-satunya Neng
Geulis (sebutan dalam bahasa Sunda untuk wanita), ngikut ajalah
hehehehe......
Sekilas
mengenai pantai Ranca Buaya, karena namanya mengundang konotasi yang berbeda
buat pembacanya
Kalo
yang belum apa-apa udah ngerasa ada kesamaan atau keterikatan, ngga usah baca
lagi dah keterangannya hahahahaha..... tau sama tau ajaaaa :D Ngga usah dibahas
lagi..... :D
Ranca,
dalam bahasa Sunda berarti rawa / daerah yang berair diam. Sedangkan buaya
adalah ya buaya, dalam arti kata yang sebenarnya adalah hewan yang bernama
buaya. Hipotesisnya Ranca Buaya adalah “rawa tempat buaya”
Diawali
Sabtu yang sejuk, TRAVIC Indonesia (Trail Adventure Viar Cross) yang terdiri
dari para pengguna motor trail VIAR berkumpul di alun-alun Soreang, Jawa Barat.
Raungan 40 knalpot merobek udara pagi itu, menarik perhatian masyarakat yang
sedang berada di sana.... Gayalah pokoknya....
Sayang, jalur yang kita rencanakan ternyata sedang digunakan latihan oleh TNI dan tertutup untuk umum selama sebulan. Kecewa ? Iyalaaahhh....
Akhirnya
jalur dialihkan masuknya melalui Kantor Desa Naringgul melalui Bale Gede....
Dari sini penyiksaan sudah dimulai hahahahaha..... Udara yang dingin dan selalu
berkabut, ditimpa hujan tiada henti, dengan jalur variasi.... Nah ini dia, mau
dibahas satu-satu medan yang dilewati biar bisa ngebayangain ?
Gini ni ceritanya.....
Semakin jauh, melalui beberapa rumah dan semakin jarang. Hujan yang terus turun membuat sekumpulan lumpur dimana-mana. Lengketnya jangan tanya. Motor yang terjebak lumpur ngga bakalan cukup diangkat 3 orang. Kaki yang masuk ke dalam lumpur, harus dengan usaha keras baru bisa melanjutkan langkah.
Berkumpul di alun-alun Soreang, Kabupaten Bandung - Jawa Barat |
Menembus dinginnya kabut menuju Gunung Sumbul |
Sayang, jalur yang kita rencanakan ternyata sedang digunakan latihan oleh TNI dan tertutup untuk umum selama sebulan. Kecewa ? Iyalaaahhh....
Tapi
dari pada berhadapan dengan senapan laras panjang SS atau M16, mendingan cari
jalur lain deh.
Mulai masuk desa Bale Gede nan subur permai |
Gini ni ceritanya.....
Mulai
masuk jalan desa, batu-batu kecil sebagai landasan jalan. Licin ? Jelas... tapi
masih oke. Semakin jauh ke dalam, jalan berubah menjadi jalan tanah setapak.
Naik turun dengan belokan tajam. Licin juga ? pasti....
Tarik teruuussss...!!! |
Semakin jauh, melalui beberapa rumah dan semakin jarang. Hujan yang terus turun membuat sekumpulan lumpur dimana-mana. Lengketnya jangan tanya. Motor yang terjebak lumpur ngga bakalan cukup diangkat 3 orang. Kaki yang masuk ke dalam lumpur, harus dengan usaha keras baru bisa melanjutkan langkah.
Opa kenapaaa.... kehabisan oksigen...? |
Before |
Rombongan
mulai terurai, terbentuk kelompok kecil-kecil untuk memudahkan pertolongan
kepada teman-temannya. Tapi kita tetap saling menunggu di titik tertentu. Musibah jatuh dari ketinggian menuju kerendahan (koq rada aneh kedengerannya ya.... ?), kelelahan yang amat sangat, basah nyungsep di sungai dan mandi lumpur menjadi bingkai perjalanan kali ini......
Menjelang sore, memasuki area sawah bertingkat di desa Banyuasih, pemandangan padi menguning cukup menyejukkan mata. Melepas penat dan menunggu kelompok lain di belakang sambil menikmati irama keroncong dari perut. Ini tantangan tanjakan terakhir sebelum akhirnya kami bisa beristirahat jam 1 malam. Whuaaatt ??!! Hanya 1 tanjakan butuh waktu berjam-jam..... ??
Ya
iyalah, nama tanjakannya juga tanjakan seribu heeeee :D
Melintasi sawah di musim panen |
Tanjakan tiada ujung |
Sekolah desa yang terlalui. Cocok buat yang mau baksos ataupun punya dana CSR |
Lewat
tengah malam baru bisa beristirahat di kampung yang sampai saat ini saya lupa
namanya, hanya terdiri dari beberapa rumah dan 1 warung sederhana. Sementara
rombongan belakang, baru besok paginya ketauan ternyata mereka semalam berleha-leha
di situs makam batu keramat Gunung Kudang hihihihi...... Pantesan pada pucet tu
muka :D
Tapi
saya cari di Nyi Google, belum ada literatur Makam Batu Gunung Kudang. Menarik,
PR buat perjalanan selanjutnya.
Semalam menjelang subuh disini |
Bersambung : DAY 2 - Kasih Tak Sampai dan Kisah Daleman.....
0 comments:
Post a Comment